Nats: Sebab jika mereka ... telah melepaskan diri dari
kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya,
maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk daripada yang semula
(2 Petrus 2:20)
"Coba tabrakkan anjing Anda ke tembok. Ia pasti akan melolong
kesakitan, bukan? Lalu, apa jadinya bila Anda mencoba melakukannya
lagi? Ia akan waspada dan menahan kuat-kuat dengan keempat kakinya
agar tak terbentur tembok. Ia belajar dari pengalaman, bahwa
menabrak tembok itu sakit. Ia tak mau mengulang. Anjing pintar!
Lalu, bagaimana dengan kita? Bukankah kita kerap merasa kotor,
gelisah, salah, hancur ketika melakukan dosa? Suatu saat, kita yakin
Yesus telah menyucikan. Kita merasa lega, putih, bening. Namun, kita
kerap mengulang kesalahan yang sama, dosa yang dulu. Bukankah itu
berarti, anjing lebih pintar dari kita?" demikian ilustrasi seorang
pendeta senior yang terus saya ingat sampai kini.
Demikian pula Petrus mengkritik guru-guru palsu, yakni mereka yang
melepaskan diri dari kecemaran dunia setelah mengenal Yesus, tetapi
kemudian jatuh lagi ke dalamnya-bahkan terjatuh lebih dalam. Dalam
bahasa yang keras, Petrus menyebut mereka anjing dan babi yang suka
kembali pada apa yang dimuntahkan dan kubangannya yang kotor (ayat
22). Mereka disebut orang yang akan masuk ke dalam kegelapan yang
paling dahsyat (ayat 17). Bukan karena dosa mereka, melainkan karena
setelah mengenal Kristus dan bebas dari kecemaran dunia, mereka
kembali pada kecemaran yang tadinya mereka tinggalkan. Dengan
begitu, seolah-olah setiap pengalaman dengan Kristus diabaikan,
dipunggungi, dan disingkirkan!
Memperjuangkan iman kristiani berarti menjaga karya pendamaian
Kristus agar tetap menjadi terang jiwa kita. Mari tetap berada dekat
denganNya setiap saat, sebab kita tak mungkin berjalan sendiri-DKL
YESUS, KUATKAN SAYA UNTUK MENJAGAI API-MU DI HATI SAYA