Thursday, March 6, 2008

Jadi saksi Kristus

Dokter Teoh Seng Hing adalah salah satu dokter ginekologi di Mount
Elizabeth Hospital, Singapura. Ia seorang kristiani. Semua orang
yang saya kenal dan pernah menjadi pasiennya punya kesan yang sangat
positif terhadapnya. Sebab selain ahli, ia juga sangat baik, sabar,
telaten, ramah, penuh perhatian. Pasien bisa bebas dan nyaman
berkonsultasi dengannya. Bahkan ketika Kezia, anak saya yang berumur
8 tahun, bertanya ini itu saat istri saya konsultasi, ia juga
melayani dengan baik. Dengan sikapnya itu, Dokter Teoh telah
menunjukkan kesaksian yang indah sebagai dokter kristiani.

Kekristenan berkembang bukan hanya karena peran para penginjil
ternama. Namun juga melalui kesaksian hidup para "penginjil" anonim.
Orang-orang yang dalam peran dan profesinya masing-masing telah
memberi kesaksian indah bagi masyarakat sekitar. Seorang
dokter-dokter kristiani yang berbeda dari dokter lain. Seorang
pejabat-pejabat kristiani yang berbeda dari pejabat lain. Seorang
mahasiswa-mahasiswa kristiani yang berbeda dari mahasiswa lain, dan
sebagainya. Iman kristiani mereka betul-betul nyata dalam kehidupan
sehari-hari, melalui sikap dan tutur kata yang ditunjukkan.

Jemaat mula-mula adalah jemaat yang bertumbuh sangat pesat.
Ciri-ciri hidup mereka selain tekun dalam pengajaran para rasul
(ayat 42), dan satu sama lain memiliki hidup kebersamaan yang kuat
dan akrab (ayat 46), juga memberi pengaruh positif bagi orang-orang
luar. "Dan mereka disukai semua orang" (ayat 47). Mari kita menjadi
saksi yang setia, sehingga kehadiran kita sungguh menjadi berkat
bagi orang-orang sekitar.

HIDUP KITA BAGAI KITAB TERBUKA YANG DIBACA SESAMA
MARI NYATAKAN KRISTUS DALAM TUTUR KATA DAN LAKU KITA

Iblis jauhilah

Seorang ayah menemukan majalah porno di kamar anak laki-lakinya yang
masih remaja. Ia sangat terkejut. Dibukanya majalah itu. "Ya,
ampun!" serunya dengan mata terbelalak. Lalu dibukanya lagi. "Ya,
Tuhan!" ia makin kaget. Dan, ia terus membukanya. Sampai di halaman
terakhir, "Ya, habis!" serunya pula. Itu hanya cerita humor. Humor
itu hendak menunjukkan kebiasaan orang, yang saat tahu bahwa sesuatu
itu dosa, bukannya menjauh, tetapi malah sengaja mendekat dan
mencoba-coba.

Yusuf tidak bersikap demikian terhadap dosa. Ia terus digoda oleh
istri Potifar, tetapi dengan tegas ia menolak. "Dengan bantuanku
tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia
telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku, bahkan di rumah
ini ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak
diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau
istrinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar
ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" (ayat 8,9). Sampai suatu hari,
pada saat di rumah sedang tidak ada siapa-siapa, godaan itu datang
lagi. Dan, apa yang dilakukan Yusuf? Yusuf pun lari keluar (ayat
12).

Kita perlu meniru Yusuf yang berani bersikap tegas terhadap dosa.
Lari keluar. Menjauh. Tidak lari di tempat, apalagi lari mendekat.
Iblis sangat cerdik. Ketika kita belum jatuh, ia terus-menerus
menggoda kita, "Ayolah, sekali-kali tidak apa-apa." Akan tetapi,
begitu kita terjatuh Iblis akan berkata kepada kita, "Yah, sudah
telanjur jatuh. Sudahlah, ibarat kepalang basah, mandi saja
sekalian!"

JANGAN BERMAIN-MAIN DENGAN DOSA

Afluenza

Carolina Reyes, koordinator rubrik koran kampus Western Washington
University, menengarai adanya penyakit sosial bernama "affluenza"
(affluence-bahasa Inggris: kemakmuran) yang menjangkiti masyarakat
negara maju. Saat orang memiliki harta benda dan berbagai kemudahan
hidup, mereka cenderung menjalani hidup yang konsumtif dan mengejar
kenikmatan bagi diri sendiri. Namun, dari situ ternyata timbul
berbagai penyakit seperti obesitas, diabetes, jantung koroner,
hipertensi, stroke, dan sebagainya, yang dapat berakibat fatal.

Setiap orang percaya dipanggil untuk tidak menjadi serupa dengan
dunia ini dan mengalami pembaruan budi, sehingga dapat mengetahui
kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang
sempurna (Roma 12:2). Oleh karena itu, sekalipun kecenderungan hidup
konsumtif mulai menjalar di sekitar kita, marilah kita memohon
pertolongan Allah agar dapat mengambil sikap yang berbeda. Sikap
yang tidak hanya mengejar kenikmatan duniawi bagi diri sendiri,
tetapi juga mau menyatakan kasih Allah dengan berbagi berkat kepada
yang lemah dan membutuhkan. Hidup menjadi saluran berkat Tuhan bagi
sesama dan tidak hanya menikmatinya sendiri. Firman Tuhan
mengingatkan tentang kewajiban kita untuk menanggung kelemahan
mereka yang tidak kuat dan jangan hanya mencari kesenangan diri
sendiri (Roma 15:1).

Mari kita bermurah hati kepada mereka yang membutuhkan, agar sebagai
anak-anak Allah kita tampil secara berbeda dengan dunia ini dan
terhindar dari "affluenza" yang dapat menyebabkan berbagai penyakit
jasmani dan rohani -NDA

KEMURAHAN HATI MERUPAKAN TANGGAPAN TERBAIK
ATAS BERKAT YANG TELAH KITA TERIMA DARI TUHAN