Wednesday, June 4, 2008

BERJUANG SAMPAI AKHIR

Nats: Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai
garis akhir dan aku telah memelihara iman (2 Timotius 4:7)

Zoe Koplowitz, wanita berusia 59 tahun, setiap tahun mengikuti lomba
lari maraton di New York. Ia selalu menjadi peserta terakhir yang tiba
di finis. Tahun lalu, juara pertama mencatat waktu 2 jam 9 menit. Zoe?

28 jam 45 menit! Harap maklum; Zoe lumpuh sejak 30 tahun lalu. Ia
hanya bisa berjalan tertatih dengan dua tongkat penyangganya. Zoe ikut
lomba bukan untuk menjadi juara. Ia ingin membuktikan bahwa kelumpuhan
tak membuatnya berhenti berjuang. Buktinya? Walau susah payah, ia
selalu mencapai finis!

Hidup kristiani ibarat lomba lari. Kita harus memelihara iman sampai
akhir. Di akhir hidupnya, Paulus berkata mantap bahwa ia telah
berhasil mencapai garis akhir. Apa rahasianya? Kepada Timotius,
penerusnya, Paulus menekankan perlunya 3 hal: penguasaan diri,
kesabaran menderita, dan ketekunan menjalankan panggilan Tuhan dalam
situasi dan kondisi apa pun (ayat 5). Ibarat lomba lari, semua atlet
bersemangat ketika berangkat dari titik start. Titik kritis terjadi
saat masalah menghadang. Kelelahan, kepanasan, dan kehausan menggoda
untuk berhenti. Hanya mereka yang terus berjuang sambil sabar
menanggung ketidaknyamanan, akan tiba di garis akhir.

Dalam lomba lari iman bisa jadi banyak masalah menghadang,sehingga
mengikut Yesus tak lagi gampang. Godaan dunia begitu memikat. Tawaran
untuk menikmati kesuksesan semu atau memuaskan nafsu bisa membuat Anda
keluar jalur. Penyakit atau persoalan hidup juga dapat membuat Anda
putus asa dan ingin berhenti. Ingatlah pesan Paulus. Tetap berjuang,
bertahanlah sampai akhir. Jangan sampai kehilangan mahkota kebenaran
kekal, hanya karena lalai berjuang dalam hidup yang singkat ini.

UNTUK MENJADI PEMENANG
YANG PALING DIBUTUHKAN IALAH SEMANGAT JUANG

RAMBU STOP

Nats: Tetapi Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati (Kisah
Para Rasul 13:30)

Sementara melayani ibadah pemakaman, saya selalu melihat satu kesan
kuat: berakhirnya sebuah perjalanan. Rambu stop terpasang jelas. Sosok
yang terbaring dalam peti itu dihentikan oleh kematian. Langkahnya
sudah tiba di garis finis. Itulah sifat kematian: menghentikan, tanpa
minta persetujuan dari kita. Titik.

Lain halnya dengan kematian Yesus. Lukas menggambarkan Yesus sebagai
Dia yang terus berjalan. Berjalan dari Galilea ke Yudea. Berjalan dari
kota ke kota, desa ke desa, rumah ke rumah. Berjalan untuk berkarya.
Sampai Golgota menyongsong-Nya. Iblis menanti kesempatan terbaik.
Salib menghadang. Kematian menghentikan-Nya. Makam membungkam-Nya.
Semua mengira perjalanan-Nya sudah terhenti, termasuk para murid.
Mereka salah. Makam tak dapat membendung-Nya. Dia bangkit. Dan terus
berjalan. Dia berjalan di samping Kleopas dan temannya. Dia berjalan
di pantai Genesaret. Dia "berjalan" di awan-awan, naik ke surga. Dia
"berjalan" dalam wujud Roh, menyertai para murid bersaksi. Tak ada
yang dapat menghentikan-Nya, bahkan kematian. Dia mengubah titik
menjadi koma.

Hidup ini penuh rintangan. Banyak rambu stop. Palang menghadang.
Langkah kita sering dihentikan oleh kemalasan, kegagalan, keraguan,
penyakit, musibah, kesukaran, kepahitan, trauma masa silam, dan
sebagainya. Jika kita sendirian, besar kemungkinan untuk berhenti.
Namun tidak bila bersama Tuhan. Bersama Dia, hambatan sebesar apa pun
dapat kita lewati. Jika kematian pun tak sanggup menghentikan-Nya,
semua yang lain pun tidak. Hidup kita adalah sebuah perjalanan; agar
tak mudah dihentikan oleh penghalang, berjalanlah bersama Dia yang
bangkit!


MESKI RINTANGAN MENGHADANG LANGKAH
BERSAMA YESUS KITA TERUS MELANGKAH