Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku
akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak
habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar
kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:21-23)
"Rumput di halaman rumah tetangga selalu terlihat lebih hijau."
Pepatah ini hendak menggambarkan kecenderungan orang untuk melihat
apa yang tidak dimiliki dalam hidupnya. Ada orang yang beranggapan
bahwa hidup orang lain lebih menyenangkan. Akibatnya, orang itu
tidak dapat bersyukur dengan hidupnya sendiri. Sikap demikian
sebenarnya justru memicu ketidakbahagiaan.
Dalam bukunya, "Petunjuk Hidup Tenteram dan Bahagia", Dale Carnegie
mengatakan, "Kecenderungan untuk jarang melihat apa yang kita
miliki, tetapi selalu ingat pada apa yang tidak kita punyai,
merupakan tragedi terbesar di dunia ini. Bisa jadi hal ini telah
lebih banyak menimbulkan kemalangan dibandingkan dengan yang
ditimbulkan oleh semua perang dan penyakit dalam sejarah."
Yeremia, penulis Kitab Ratapan, menunjukkan teladan yang indah.
Berbagai kejadian buruk menimpa hidupnya, sampai-sampai ia sempat
berpikir, "Sangkaku: hilang lenyaplah kemasyhuranku dan harapanku
kepada Tuhan" (ayat 18). Namun, ia tidak membiarkan diri terjebak
dalam kondisi itu. Sebaliknya, ia memusatkan perhatian pada rahmat
dan kesetiaan Tuhan, "Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan ...
Tak berkesudahan kasih setia Tuhan... selalu baru tiap pagi; besar
kesetiaan-Mu!" (ayat 21-23).
Hidup memiliki begitu banyak hal yang dapat kita syukuri; udara yang
kita hirup dengan nyaman, tawa dan tangisan anak-anak kita, makanan
dan minuman yang bisa kita nikmati, dan sebagainya. Mari kita
perhatikan hal-hal ini. Mari pusatkan perhatian kepada kesetiaan
Allah yang tak pernah habis, dan mari kita bersyukur! -AYA