Tuesday, May 13, 2008

DIPENUHI ROH KUDUS

Nats: Lalu mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus dan mulai
berbicara dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan
oleh Roh itu kepada mereka untuk dikatakan
(Kisah Para Rasul 2:4)

Bayangkan, misalnya di sebuah gereja sederhana di Jawa Tengah,
tiba-tiba jemaatnya bisa berbahasa Jerman, Inggris, Prancis,
Mandarin, Vietnam, Jepang, Korea, Spanyol, dan Italia. Betapa
mencengangkan! Extravaganza! Begitulah kurang lebih yang dialami
oleh para murid Yesus. Setelah berkumpul di suatu tempat, sepuluh
hari sejak Yesus naik ke surga, mereka mengalami kepenuhan Roh
Kudus. Diawali dengan bunyi tiupan angin keras dan lidah-lidah api
yang menghinggapi mereka semua tanpa kecuali. Karena kepenuhan Roh
Kudus itulah mereka lalu dapat berbicara dalam bahasa Partia, Media,
Elam, Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus, Asia, Frigia, Pamfilia,
Mesir, Libia, Kirene, Roma, Kreta, dan Arab. Orang-orang Yahudi
perantauan pun tercengang bukan buatan. Mereka mendengar orang-orang
Yahudi nonperantauan berbicara dalam bahasa mereka. Dan, yang mereka
dengar itu adalah perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah
(ayat 11).

Dari sini jelas bagi kita bahwa karya Roh Kudus bermuara pada
pemuliaan Allah. Jadi, adalah salah bila kita beranggapan bahwa
karunia dan kepenuhan Roh Kudus terjadi untuk menunjukkan pencapaian
rohani seseorang, atau untuk menggarisbawahi ranking kehidupan
rohani seseorang. Lebih salah lagi, bila dipakai untuk menghakimi
orang lain. Alih-alih terpusat pada diri sendiri, kepenuhan Roh
Kudus terutama harus berpusat pada tindakan memuliakan Allah. Bila
hal pokok ini ditindas oleh sikap egosentris dan sombong rohani,
maka saatnya kita berkaca diri. Sebab pasti ada sesuatu yang salah
dalam diri kita -DKL

KARUNIA ROH KUDUS BERMUARA PADA KEMULIAAN ALLAH
BUKAN KEMEGAHAN PRIBADI MANUSIA

BONSAI DAN SEQUOIA

Nats: Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang
menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu
daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil (Mazmur 1:3)


Banyak orang Jepang gemar memelihara bonsai. Meski tinggi bonsai
rata-rata hanya dalam hitungan sentimeter, pohon ini sudah berbentuk
indah dan sempurna. Berkebalikan dengan itu, di Kalifornia ditemukan
pohon hutan raksasa bernama Sequoia. Tinggi pohon ini luar biasa,
bisa mencapai 90 meter, dan lingkar batangnya bisa mencapai 26
meter.

Saat masih berupa biji, bonsai dan Sequoia berukuran sama serta
memiliki berat yang sama, yakni kurang dari satu miligram. Namun
dalam masa pertumbuhan, keduanya mengalami perbedaan yang
signifikan. Orang sengaja menghambat pertumbuhan biji bonsai, dengan
harapan kelak mereka mendapatkan sebuah pohon mini yang indah.
Sebaliknya, biji Sequoia dibiarkan mendapat gizi dari mineral,
tumbuh di dekat sumber air, dan mendapat sinar matahari yang sangat
cukup. Dengan begitu, ia menjadi pohon raksasa. Bayangkan saja,
hanya dari satu pohon ini, kita dapat memperoleh kayu yang cukup
untuk membangun 35 rumah dengan masing-masing lima kamar!

Timotius telah diajar mengenal firman Tuhan sejak kecil, dari ibu
dan neneknya (ayat 14,15), juga dari didikan Paulus (ayat 10).
Inilah kesempatan di mana jiwanya "diairi" dan "disinari matahari".
Selanjutnya, didikan itu menjadikannya pelayan Tuhan yang memiliki
"iman yang tulus ikhlas" (2 Timotius 1:5), yang tetap kuat meski
harus menderita sengsara dalam pelayanan (ayat 11). Seperti
Timotius, kita pun dapat menyerap semua hal positif di sekitar kita;
pengetahuan, semangat, pengalaman, teladan, dan terutama ajaran
firman Tuhan, supaya iman kita tumbuh seperti Sequoia. Jangan
biarkan hal negatif mengerdilkan iman kita seperti bonsai -ENO

DEKAT PADA YESUS SANG AIR HIDUP
MAKA IMAN KITA BERTUMBUH SUBUR