Wednesday, May 28, 2008

Tak Ada Salah Anak, Yang Ada Salah Didik!

MEMANG tidak ada sekolah menjadi orangtua. Karena itu kadang kita tanpa sadar telah menjerumuskan anak-anak pada ranjau-ranjau mental, yang membuat mereka tumbuh sebagai pribadi yang tidak sehat. Seperti penuh keraguan, merasa tidak berharga kalau tak berprestasi, tidak bisa mengekspresikan emosi, dan lain-lain.

Wajar bahwa setiap orangtua mengharapkan anak-anak tumbuh secara sehat dan memiliki bekal yang baik untuk hidup. Lebih-lebih di tengah persaingan yang semakin ketat akhir-akhir ini.
Namun, karena ketidaktahuannya, seringkali tanpa sadar orangtua telah menerapkan pendidikan yang bukannya membuat anak jadi bertumbuh sehat dan optimal, malah memble. Misalnya, orangtua sangat memaksakan hal-hal yang di luar minat dan kemampuan anak.

Orangtua menerapkan apa yang dulu dilakukan orangtua mereka terhadap anak-anak. Orangtua menumpahkan segala harapan yang dulu ingin diraihnya tetapi gagal, ke pundak anak-anak. Orangtua mengharapkan anaknya bisa meraih segala sesuatu lebih sempurna dibanding mereka sendiri.

Dan karena segala pemaksaan keinginan dan harapan itu adalah milik orangtua tetapi tidak sesuai bagi anak-anak, mereka bahkan bisa bertumbuh menjadi pribadi yang tidak diharapkan. Bukan hanya orangtua yang akhirnya kecewa, anak-anak pun merasakan hal yang sama. Mereka bisa tertekan dan merasa bersalah kalau bukan memendam kemarahan, karena merasa tidak dapat memenuhi harapan orangtua dan memvonis diri gagal.

Lima Ranjau
Seorang psikolog bernama Kevin Steede, Ph.D, memberikan lima contoh “ranjau” yang tanpa sadar sering ditebarkan oleh orangtua bagi anak-anaknya: 1) Saya harus baik dalam segala hal, 2) Diri saya adalah prestasi-prestasi saya, 3) Emosi-emosi negatif adalah buruk, 4) Semua orang harus menyukai saya, 5) Melakukan kesalahan atau minta pertolongan adalah salah.

“Menjadi” yang terbaik dengan “melakukan” yang terbaik adalah dua hal yang sangat berbeda. Pada umumnya orangtua menuntut anaknya untuk menjadi yang terbaik, sehingga anak merasa stres, malu, kecewa jika tidak mampu menjadi yang terbaik. Harga diri anak mengalami kemerosotan. Padahal, tidak mungkin menjadi yang terbaik dalam segala hal.

Yang lebih tepat dan penting adalah memberi penghargaan kepada anak atas usaha mereka, bukan hasil yang telah dicapai. Karena melakukan yang terbaik jauh lebih sehat dan berharga bagi kesehatan mental anak.

Anak-anak juga tidak selalu mudah meyakini bahwa ayah dan ibu menyayangi atau mencintai mereka. Karena itu orangtua diharapkan dapat menunjukkan perbedaan antara “siapa mereka” dengan “apa yang mereka lakukan”.

Kita bisa setuju atau tidak setuju dengan perilaku atau perbuatan mereka. Namun, rasa cinta atau sayang tidak pernah berubah dalam cinta tanpa syarat yang seharusnya terjalin antara orangtua dan anak.

Misalnya, Anda bisa mengatakan, “Ayah dan Ibu tidak setuju kamu membeli mainan jenis ini. Tetapi, karena kamu bersikeras dan membeli dengan uang tabunganmu sendiri, ya kami menghargai keputusanmu.” Dengan cara ini anak akan belajar membedakan mana cinta dan mana perbuatan yang tidak patut didukung.

Hindari menyatakan rasa sayang kepada anak-anak saat mereka sedang menunjukkan perbuatan atau prestasi istimewa. Karena mereka disayangi dan dicintai bukan karena berprestasi atau berbuat baik (pakai syarat).

Kesedihan, ketakutan, kemarahan, dan berbagai emosi negatif lain adalah perasaan yang normal untuk dialami, dan setiap anak (laki-laki maupun perempuan) berhak untuk mengalaminya. Bahwa ada cara mengekspresikan yang tepat atau tidak tepat, itu soal lain.

Itu sebabnya kita sebagai orangtua perlu berhati-hati ketika menerapkan suatu nilai. Jangan sampai anak mendapatkan kesan bahwa mengungkapkan perasaan pertanda kelemahan. Seperti sering terdengar orang berucap, “Anak laki-laki nggak boleh menangis.” Padahal, menangis itu wajar bagi siapa pun.

Anak juga perlu tahu bahwa hidup juga tidak harus selalu menyenangkan orang lain. Perbedaan pendapat dan konflik akan selalu ada. Mendengarkan pendapat guru, orangtua, dan orang lain itu penting. Namun, anak perlu punya pendapat sendiri yang diyakininya.

Dengan mengerti bahwa mereka tidak harus selalu menyenangkan orang lain, anak tidak akan berusaha mengandalkan orang lain untuk bisa merasa baik dan nyaman dengan dirinya sendiri. Mereka akan lebih yakin pada diri sendiri. Anak yang merasa harus selalu menyenangkan orang lain akan tumbuh sebagai pribadi yang penuh keraguan. Memang tidak mudah menjadi orangtua.

Bongkah Es Antartika Pecah Sepertiga Luas Jakarta

Lapisan es Antartika di Kutub Selatan kembali mengalami kondisi kritis. Bagian barat benua beku tersebut pecah sehingga bongkah es seluas tujuh kali Kota Manhattan, AS atau sekitar sepertiga luas Jakarta, lepas ke lautan lepas.

Bagian yang pecah merupakan tepan beting es Wilkins yang telah terbentuk di Antartika bagian barat sejak ratusan tahun hingga 1500 tahun yang lalu. Citra satelit menunjukkan bongkahan tersebut mulai bergerak sejak 28 Februari 2008.

"Ini adalah akibat pemanasan global," ujar David Vaughan, ilmuwan Survei Antartika Inggris (BAS). Pecahan es ini akan melelah di perairan yang lebih hangat, pecah menjadi beberapa bagian, dan habis sama sekali. Namun, peluangnya tetap bertahan juga ada karena saat ini sudah memasuki periode akhir musim panas di Antartika dan suhu mulai mendingin.

Meskipun peristiwa pecahnya bongkah es dari tepian Antartika sering terjadi, kejadian yang menyebabkan pecahan sebesar ini termasuk jarang. Pecahan bongkah es yang lebih besar baru terjadi dua kali yakni di tahun 2002 dan 1995. Namun, para ilmuwan khawatir kejadian seperti itu akan semakin sering terjadi akibat peningkatan suhu atmosfer.

"Pecahnya mirip kaca yang dipukul palu," ujar Vaughan. Ia memprediksi beting es Wilkins akan habis dalam 15 tahun ke depan jika tren kenaikan suhu tidak dapat dicegah. Meskipun bagian yang telah hilang dari beting es tersebut baru 4 persen, hal tersebut tetap dapat memicu retakan lebih besar.

Para ilmuwan baru melihat kejadian tersebut sebagai akbat pemanasan global. Pada hal masih ada ancaman berikutnya karena pelelahan es Antartika akan menyumbang terhadap kenaikan muka air laut di seluruh dunia.

Kebalikan Antara Kutub Mars dan Bumi

Planet Mars selama ini diakui banyak memiliki kesamaan dengan Bumi baik dari ukuran, sifat fisik, maupun struktur permukaannya. Para ilmuwan, karenanya, selama bertahun-tahun berusaha mengungkap apakah ada kehidupan di sana-- setidaknya pernah ada--dan kemungkinan untuk dihuni manusia.

Pengiriman Phoenix Mars Lander (PML) adalah salah satu upaya untuk mengungkap rahasia tersebut. Tak heran biaya berjuta dollar AS dihabiskan untuk mengirimkan wahana yang membuthkan waktu 10 bulan untuk sampai ke sana.

Phoenix Mars Lander akhirnya sukses mendarat di kutub utara Mars, Senin (26/5) pagi WIB, untuk menggali lapisan es yang diduga kuat ada di bawah permukaannya. Kutub Utara planet merah tersebut sama-sama memiliki kondisi yang ekstrim seperti kutub utara Bumi, namun ada perbedaan yang cukup signifikan di antaranya keduanya.

"Kutub-kutub di Mars lebih mirip Antartika," ujar James Head, pakar geologi planet-planet dari Universitas Brown. Kawasan tersebut sangat kering dan dingin. Antarctic Dry Valleys adalah daerah di kutub selatan Bumi yang paling mirip kondisi permukaan Mars.

Kutub Utara Mars lebih mirip kutub selatan Bumi daripada kutub utara Bumi karena keduanya sama-sama daratan berbatu yang dilapisi es. Sementara kutub utara Bumi sebagian besar merupakan lautan luas yang membeku.

Dari hasil analisis foto satelit, ketebalan lapisan es yang melapisi kutub utara Mars diperkirakan juga sama dengan lapisan es Antartika. Masing-masing sekitar antara dua hingga tiga kilometer.

Namun, materi yang menyusun es di Bumi dan Mars berbeda. Jika es di kutub Bumi merupakan air yang membeku, di Mars merupakan campuran antara air dan karbon dioksida beku--seperti es kering yang dipakai untuk menyimpan es krim di toko swalayan.

Jika Anda berpikir bahwa kutub Bumi dingin sekali, kutub Mars jauh lebih dingin. Suhu permukaannya saja 150 Kelvin atau -125,15 derajat Celcius. Bandingkan dengan suhu minimum di kutub selatan Bumi sekitar -65 derajat Celcius atau di kutub Utara yang hanya -45 derajat Celcius.

Kutub Utara Bumi dihuni beruang kutub, anjing laut, srigala kutub, beberap jenis burung laut dan ikan. Kutub selatan Bumi juga dihuni penguin, berbagai jensi burung, dan paus. Sementara di kutub Mars belum ada kehidupan yang ditemukan sejauh ini, seperti kawasan lainnya yang bersuhu lebih hangat.

Namun, para ilmuwan masih meyakini kemungkinan adanya kehidupan atau jejak kehidupan di kutub Mars. Tujuan utama pengiriman Phoenix adalah mengungkap misteri tersebut.

Wilayah kutub baik di Bumi maupun Mars adalah kawasan yang menantang untuk dijelajahi. Antartika baru dilihat manusia untuk pertama kalinya tahun 1820-an dan baru dijamah tahun 1890-an. Belum ada pemukiman yang dibangun di Antartika dan baru tim-tim peneliti yang tinggal di stasiun-stasiun penelitian, antara lain Stasiun McMurdo. Kutub Utara Bumi jauh lebih ramai karena sudah banyak pemukim Eskimo di sekitarnya.

Meski belum ada manusia yang menginjakkan kaki di Mars, rencana pengiriman wahana berawak ke sana sudah disiapkan NASA. Pada Juli 1965, NASA telah mengirim wahana ruang angkasa Mariner 4 yang menjadi satleit pertama mengorbit Mars dan mengambil foto dari dekat. Sepuluh tahun kemudian, Juli 1976, wahana Viking 1 dikirim NASA untuk mendarat di permukaan Mars. Sejak saat itu sudah ada beberapa wahana pengorbit yang dikirim seperti Mars Reconnaissance Orbiter, Odyssey, dan Mars Express. Dua robot kembar, Spirit dan Opportunity, masih aktif menjelajahi Mars hingga kini.
Kehadiran Phoenix diharpakan dapat mengungkap lebih banyak perbedaan antara Mars dan Bumi. Namun, di balik perbedaan tersebut mungkin akan diketahui pula apakah ada kesamaan yang signifikan yang ditunggu-tunggu hingga kini, yakni bentuk kehidupan. Tunggu saja!

WAH
Sumber : SPACE.COM

Molekul Penting Ditemukan di Atmosfer Venus

Wahana milik Eropa, Venus Express, yang kini tengah mengorbit Planet Venus, untuk pertama kalinya menemukan molekul penting di amosfernya. Peralatan yang dibawa wahana tersebut mendeteksi molekul hidroksil, yang merupakan ikatan satu atom hidrogen dan satu atom oksigen.

Molekul-moleul tersebut terdeteksi peralatan spektrometer yang dibawa Venus Express bernama VIRTIS (Visible and Infrared Thermal Imaging Spectrometer) di lapisan atas atmosfer pada ketinggian 100 kilometer. Ketebalan lapisan hidroksil di atmosfer Planet Venus relatif tipis karena hanya 10 kilometer.

Hidroksil merupakan molekul penting yang mengatur kestabilan siklus atmosfer di sejumlah planet karen sifatnya yang sangat reaktif. Di atmosfer Bumi, molekul-molekul ini berperan penting untuk membersihkan polutan. Sementara di Mars, molekul tersebut mempertahankan karbon dioksida agar tidak berubah menjadi karbon monoksida. Hidroksil juga menyebabkan lapisan teratas permukaan tanah di Mars steril sehingga organsime renik sulit hidup di sana.

Molekul-molekul reaktif seperti itu juga ditemukan pada komet. Namun, jenis dan proses pembentukannya berbeda dengan hidroksil di atmosfer planet.

"Karena atmosfer Venus belum banyak dipelajari sebelum kedatangan Venus Express, kami belum dapat mengatakan apa yang sebenarnya terjadi," ujar Guiseppe Piccioni, peneliti utama VERTIS yang berasal dari Institut Astrofisika dan Kosmis IASFC di Roma, Italia. Namun, temuan tersebut akan membantu para peneliti menguak rahasia atmosfer Venus yang tebal dan mempelajari karakternya.

Ozon

Salah satunya untuk memprediksi kandungan ozon di atmosfer Venus. Selama ini, kadar hidroksil di atmosfer Bumi terkait dengan kandungan ozon. Hal yang sama mungkin terjadi di Venus sehingga para peneliti akan mengukur seberapa besar kadar ozon di atmosfer Venus.

Data-data Venus Express menunjukkan kandungan hidroksil di atmosfer Venus terus berubah. Selisihnya bisa mencapai 50 persen dari satu orbit ke orbit berikutnya. Hal tersebut mungkin terkait perbedaan kadar ozon di atmosfernya.

"Ozon merupakan molekul penting di atmosfer, karena ia menyerap radiasi ultraviolet Matahari," ujar Piccini. Kadar radiasi yang diserap merupakan kunci utama untuk mengungkap proses pemanasan dan dinamika atmosfer. Di Bumi, hal tersebut juga turut melindungi makhluk hidup dari radiasi ultraviolet.

Pioccini mengungkapkan penemuan hidroksil adalah bukti bahwa Venus lebih mirip Bumi daripada perkiraan selama ini. Dalam laporan ilmiah yang dipublikasikan jurnal Astronomy and Astrophysical Lettersedisi terbaru, Pioccini dan timnya baru menganalisis bukti-bukti awal penemuan hidroksil dalam beberapa kali orbit. Mereka akan melakukan analisisi lebih mendalam hingga 50 kali orbit atau lebih.

WAH
Sumber : PHYSORG