Saturday, March 8, 2008

SENJATA KITA, PERLENGKAPAN SENJATA ALLAH

Nats: Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu
dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis (Efesus 6:11)


Manusia kerap diperhadapkan pada tiga bidang yang memancing
kelemahan manusiawi, yakni harta, kekuasaan, seksualitas. Setiap
orang bisa tergoda pada salah satu atau lebih bidang tersebut. Siapa
pun orangnya, bahkan para hamba Tuhan sekalipun. Status religius
sama sekali bukan jaminan bahwa seseorang pasti tahan uji atau kebal
salah. Alih-alih kebal salah, status religius acap kali malah
menjadi topeng!

Untuk maksud itulah, Paulus mengingatkan jemaat di Efesus agar
mereka mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah (ayat 11). Dan
tentunya, ini juga berlaku bagi kita semua. Sebagai orang percaya,
kita membutuhkan perlindungan yang menyeluruh atas hidup kita.
Mengapa? Karena perjuangan kita sama sekali tidak mudah. Kita harus
berjuang melawan roh-roh jahat di udara dan melawan keinginan jahat
di dalam diri sendiri. Sebab itu, kita harus selalu waspada dan siap
sedia dalam segala hal, dengan mengenakan setiap senjata yang Dia
sediakan. Siapa lengah atau gegabah, akan mudah terpeleset dan
jatuh.

Selanjutnya, kita harus senantiasa berdoa dan saling mendoakan di
antara saudara seiman (ayat 18,19). Memang, kejatuhan bukanlah akhir
hidup kita. Ada orang yang justru dapat memanfaatkan kejatuhannya
sebagai awal pembaruan hidup yang sejati. Namun yang pasti, kita
semua harus terus memiliki kewaspadaan dan penyerahan diri yang
total kepada Allah. Melalui doa, mari kita mohonkan dua hal ini
kepada Allah, agar kita tak mudah terpeleset pada tiga bidang godaan
yang terus berupaya menjatuhkan kita dalam hidup ini -DKL

PERJUANGAN BATIN
ADALAH PERJUANGAN SEUMUR HIDUP

Terpeleset Kulit Jeruk

Pada tahun 1911, Bobby Leach, seorang stuntman, terjun di air terjun
Niagara dalam sebuah tong baja yang dirancang khusus. Ia selamat dan
hanya mengalami cedera ringan. Kisah keberaniannya menjadi buah
bibir di mana-mana. Beberapa tahun kemudian, Bobby Leach diberitakan
meninggal dunia di New Zealand. Penyebabnya "sederhana". Saat
berjalan kaki di New Zealand, ia terpeleset kulit jeruk. Jatuh.
Patah kaki parah. Akhirnya meninggal karena komplikasi.

Kita bisa saja sanggup menghadapi bahaya besar, tetapi justru kalah
dengan tantangan kecil. Kita siap berhadapan dengan masalah besar,
tetapi malah kelimpungan ketika berhadapan dengan masalah sepele.
Kita bisa tegar menahan gempuran "air terjun Niagara", tetapi tidak
berdaya karena "kulit jeruk". Begitulah risiko kalau kita lalai,
menganggap remeh, atau merasa hebat.

Itu juga yang terjadi pada Goliat ketika menghadapi Daud. Ia
menganggap remeh "anak kecil" yang kemerahan dan elok parasnya itu
(ayat 43). Merasa "besar" dan sanggup "menanganinya" dengan mudah.
Namun, sejarah mencatat akhir tragis dari sang pendekar kebanggaan
bangsa Filistin itu. Sebetulnya Goliat telah kalah sebelum batu
umban Daud menghantamnya, yaitu saat ia lengah dan meremehkan
lawannya.

Jadi, selalu waspada itu penting; dalam setiap keadaan dan
kesempatan. Jangan sampai kita lengah. Jangan mudah menggampangkan
sesuatu. Jangan menyepelekan tantangan sekecil apa pun. Kelengahan
adalah awal dari kejatuhan. Ingat, bahkan kulit jeruk pun bisa
menewaskan seorang Bobby Leach -AYA

KETIKA MENYEPELEKAN SESUATU, KITA MENJADI MUDAH LENGAH;
DI SITU BAHAYA MENGINTIP