Monday, February 25, 2008

THE GOLDEN COMPASS

Beberapa bulan sebelum ditayangkan perdana di layar lebar, film The Golden
Compass telah mendatangkan kontroversi pro-kontra, dari yang bilang sangat
bagus dan setuju banget sampai yang melarang anak-anak menonton bahkan
memboikot film itu. Ada organisasi Katolik yang semula mengacungkan
jempolnya menghargai film itu namun kemudian manarik kembali dukungannya.
Pasalnya, film The Golden Compass yang ditayangkan secara perdana di USA
pada tanggal 7 Desember 2007 itu sebenarnya bukunya sudah terbit pada tahun
1995 oleh penulis Philip Pullman dan isinya memang sarat promosi atheisme
dan anti gereja yang secara jujur diakui oleh penulisnya. Di Indonesia film
ini ditayangkan perdana dalam midnight show pada hari Sabtu, 29 Desember
2007 setelah sebelumnya DVD tidak resmi film itu sudah beredar luas di
kios-kios DVD di tanah air.



Philip Pullman terkenal dengan triloginya yang disebut His Dark Materials
yang sarat misteri dan sihir. Yang pertama dari trilogi itu berjudul
Northern Light (1995) yang bercerita tentang dunia paralel seperti dunia
ini
tetapi berbeda, kedua The Subtle Knife yang bercerita tentang dunia ini,
dan
yang ketiga The Amber Spyglasses yang bercerita tentang antar dunia.
Northern Light kemudian dikemas baru oleh penulisnya dengan tambahan 16
halaman buku dan diberi nama The Golden Compass (2006) dan kemudian
diangkat
ke layar lebar (2007). Cuma, untuk lebih memasyarakat, beberapa isu
kontroversial yang ekplisit dalam novelnya, dalam filmnya isu-isu itu
dikaburkan atau diberi nama berbeda. Namun serial ke dua dan ketiga lebih
kasar dalam menyatakan sikap anti agama Pullman, bahkan Chris Weitz,
sutradara film itu, menyatakan akan lebih jujur dalam mengekspos naskah
asli
novelnya yang kedua dan ketiga yang rencananya mulai dirilis pada tahun
2009.



Ceritanya dimulai dengan kehadiran seorang gadis yatim-piatu yang tinggal
di
Oxford, Inggeris, bernama Lyra Belacqua. Oxford di sini tidak seperti
Oxford
yang dikenal karena Lyra menyadari dunianya berbeda dimana setiap orang
memiliki daemon pribadi (dalam bentuk binatang yang menggambarkan bentuk
luar jiwa yang berubah-ubah bentuk sampai mencapai kedewasaan). Ia berteman
dengan pelayan dapur Roger, dimana bersamanya ia bermain-main di kota itu.
Cerita berubah ketika Lyra dan daemonnya bernama Pantalaimon menghalangi
pembunuhan terhadap pamannya Lord Asriel dan ikut mendengar rahasia tentang
sesuatu yang misterius bernama Dust. Sejak itulah banyak anak menghilang
ditangan Gobblers tanpa diketahui hilang kemana.



Sebelum Lyra mencari Roger, ia dikenalkan dengan Nyonya Coulthier seorang
penyihir cantik. Ia diajak berekspedisi ke kutub utara. Sebelum berangkat,
kepala sekolahnya memberikan kepada Lyra sebuah aletheometer (kompas emas)
sebuah alat yang mempu mengungkap kebenaran semua hal. Dibawah bimbingan
Nyonya Coulthier, ia belajar mengenai peran Ny. Coulthier dalam gereja,
yang
disebut 'Gobler' yang bertanggung jawah akan hilangnya anak-anak. Anak-anak
yang diculik ternyata dibawa ke Bolvanger suatu tempat di kutub utara untuk
dijadikan percobaan oleh Dust dimana mereka dipisahkan dari daemon mereka
melalui proses intercission. Lyra juga mengetahui bahwa gereja juga
menculik
dan menawan Lord Asriel ke wilayah Arctic di Bolvanger yang menjalankan
ujicoba sendiri untuk kepentingan Dust.



Ngeri melihat hal-hal itu, Lyra dan Pantalaimonnya melarikan diri dari
rumah
Ny. Coulthier dibantu dua orang gipti yang baik. Orang-orang gipti hidup
sebagai manusia perahu yang hidup dalam kesukaran namun mereka mengajarkan
arti kekeluargaan, kesetiaan dan cinta. Orang-orang gipti ini
berkepentingan
karena anak-anak mereka banyak yang diculik Gobbler, dan Lyra dengan
pengetahuannya membantu para gipti membebaskan tawanan di utara itu dan
kemudian ia menjumpai ayahnya yang terpenjara. Melalui penuturan tetua
gipti
ia kaget mengetahui bahwa ternyata ayahnya adalah Lord Asriel dan Ny.
Coulthier sebenarnya adalah ibunya sendiri. Dibalik rasa kagetnya, Lyra
membaca alethiometer dan menyadari apa pesannya. Sekalipun althiometer
mengungkapkan kebenaran disekelilingnya, Lyra tidak sadar mengenai perannya
dalam nasib alam semesta. Lyra dinubuatkan akan berperan besar untuk
memerankan penghianatan tak terhindarkan yang akan menentukan masa depan
dunia-dunia.



Agar berhasil menyelamatkan anak-anak, orang-orang gipti mengajak tiga
orang
untuk membantu, yaitu Serafina Pekhala, ratu sihir yang mengungkapkan bahwa
masa depan semesta berada di tangan Lyra, Lee Scoresby, aeronaut dan
komandan balon udara panas, dan Ioreck Byrnisson, beruang kutub berbaju
baja
yang sebagai raja kelompoknya dibuang oleh saudaranya. Dalam perjalan ke
kutub utara itu Lyra dan Pantalaimonnya diculik oleh para pemburu yang
membawa mereka ke Bolvangar tempat dimana anak-anak yang diculik ditawan.
Akhirnya Lyra bertemu dengan Roger, namun ia menyaksikan kengerian melihat
uji-coba pemisahan anak-anak dari daemon mereka. Bersama-sama anak-anak itu
kemudian melarikan diri dari kengerian Bolvangar, melarikan diri dalam
lindungan para gipti dan ketiga kawan mereka. Sekalipun mereka telah
selamat, perjalanan Lyra dan Roger belum selesai (disinilah The Golden
Compass berakhir).



Pada bagian kedua triloginya, Lyra menemukan ayahnya yang melakukan
uji-coba
bersama Dust yang menemukan cara menembus batas penghalang ke dunia lain.
Mereka telah membangun jembatan ke dunia lain, tetapi untuk melalui
jembatan
itu dibutuhkan energi yang dihasilkan pemisahan anak dari daemonnya melalui
proses intercission. Tidak mampu mengorbankan anaknya sendiri, Lord Asriel
mengorbankan Roger dan menghilang ke dunia lain. Dunia dihancurkan dan
Roger
mati, tetapi Lyra bersumpah untuk membalas dendam dan membongkar kejahatan
Dust.



Kandungan atheisme dan anti gereja dalam novel ini bisa dilihat dari
penggambaran tentang gereja yang dianggap si jahat dan tentang kematian
Tuhan dimana surga akan diperintah oleh Republik Surgawi yang tidak
memerlukan raja. Pullman mengatakan kepada surat kabar Australia bahwa
memang "Bukunya itu tentang membunuh Tuhan" dan ia juga mengaku bahwa "Saya
mencoba menggoyahkan dasar agama Kristen." Secara ekplisit trilogi Pullman
menceritakan a.l. Dr. Mary Malone yang mantan biarawati yang mengaku bahwa
"Tidak ada Tuhan" dan ia meninggalkan iman Kristen karena "Agama Kristen
adalah kesalahan yang meyakinkan dan berkuasa".



Dalam trilogi ini juga Lyra menjumpai bahwa Ayahnya Lord Asriel membuka
front perang melawan Tuhan, dan ia bertemu anak laki-laki bernama Billy
yang
memiliki pisau yang bisa memotong segala sesuatu termasuk batas penghalang
antar semesta. Pisau itu memiliki nama nubuatan Aeshaeter yang berarti
'pemusnah Tuhan.' Pada akhir trilogi digambarkan bahwa Tuhan mati, dan
Will
dan Lyra memerankan kembali kejatuhan manusia kedalam dosa di taman Eden,
tetapi dengan berbuat demikian, mereka menyelamatkan dunia daripada
menghancurkan dunia dengan dosa. Bila Alkitab menceritakan bahwa manusia
telah jatuh dalam dosa dan membutuhkan penebusan Yesus agar selamat, maka
trilogi Pullman menyebutkan bahwa Lyra dan Will akan mengubah kutuk dosa
menjadi berkat dan membenarkan sikap Adam dan Hawa yang makan dari pohon
pengetahuan.



Dalam trilogi Pullman, Tuhan Alkitab bukanlah pribadi pencipta langit dan
bumi, namun sekedar malaekat pertama yang timbul dari yang disebutnya Dust,
dan ketika malaekat-malaekat lain timbul, ia berbohong dengan mengatakan
ialah yang menciptakan mereka. Ia kemudian mendirikan gereja-gereja di
setiap semesta sebagai alatnya untuk berkuasa. Namun, malaekat ini yang
disebut 'Sang Otoritas' makin menua dan lemah dan menghadapi pemberontakan
para malaekat dan manusia. Sekalipun Wertz sudah mengganti istilah gereja
dalam novel dengan Magisterium, justru kata pengganti ini lebih khusus
tertuju kepada gereja Katolik Roma yang memang disebut demikian.



Dust dalam trilogi ini menggambarkan Dust sebagai debu/partikel kesadaran
yang sumbernya berasal dari dunia lain dan membentuk malaekat dan roh/jiwa
manusia. Dalam serial terakhir, roh orang mati akan dibebaskan dari
kehidupan sesudah mati, partikel-partikelnya akan terurai dan melebur
kembali ke sumbernya di alam semesta. Jelas tema film ini berbau mistik dan
New Age, karena dalam konsep mistik/new age dan juga gnostik, keselamatan
adalah meleburnya roh manusia kembali kepada sumbernya alam semesta sama
halnya dengan daging manusia yang kembali kepada debu ketika mati.



Film The Golden Compass memang menarik karena menggunakan tehnik
sinematografi mutakhir dan menghadirkan bintang-bintang tenar seperti
Nicole
Kidman yang mantan isteri Tom Cruise, dan Daniel Craig pemeran James Bond
terakhir, tetapi yang lebih dikuatirkan orang tua adalah bahwa berbeda
dengan semangat anti katolik novel 'The Da Vinci Code' yang merupakan
bacaan
orang dewasa, novel 'The Golden Compass' yang juga anti katolik memang
ditujukan untuk konsumsi anak-anak , anak-anak yang pada umumnya masih
terbuka dan belum dibekali pengertian masalah baik dan buruk dan mana yang
bermanfaat dan tidak, dan sekalipun filmnya sudah di'halus'kan tayangan
atheismenya, anak-anak setelah nonton film demikian biasanya tertarik untuk
membaca novelnya.



Melarang anak-anak menonton film dan membaca buku-buku Pullman tidaklah
bijaksana karena larangan justru mendorong orang ingin tahu dan melihatnya,
namun sebaliknya membiarkan anak-anak menonton dan membacanya juga tidak
bijaksana karena kita menyerahkan anak-anak kepada sesuatu ajaran yang kita
tahu bisa memperngaruhi iman mereka. Cara terbaik adalah memberikan
bimbingan dan pengertian kepada anak-anak mengenai iman Kristen dan
mengungkapkan bagaimana novel dan film ini bercerita sebaliknya, dengan
sikap demikian kita dapat berusaha dan mendoakan agar anak-anak dan kita
juga 'dijauhkan dari yang jahat.'