Tuesday, February 26, 2008

A TRIP TO HELL

1 Januari 2000, pukul 5.00 WIB. Saya terbangun dan terkejut.

Sekeliling saya gelap dan saya tidak dapat melihat apapun. Saya tidak
melihat adanya tanda-tanda kehidupan di tempat itu, kecuali suara-suara
teriakan kesakitan yang lamat-lamat terdengar dari kejauhan."Bangun! Aku
ingin menunjukkan sesuatu yang sangat penting kepadamu." Saya tahu bahwa
itu
suara Tuhan Yesus. Saya bangun dan mengikuti-Nya. Ia membawa saya ke padang
gurun. Sebuah perjalanan yang panjang dengan suasana mencekam. Saya tidak
merasakan adanya tanda-tanda kehidupan di sana, kecuali kesunyian yang
bercampur kengerian yang tak terkatakan. Sunyi, sangat tandus dan tak ada
angin yang berhembus. Tenggorokan saya terasa kering karena panasnya
melebihi batas normal.

Di sepanjang jalan saya melihat banyak makhluk-makhluk aneh yang tak pernah
saya lihat atau jumpai di bumi.Saya tidak bisa berjalan cepat, tetapi
berjalan setapak demi setapak untuk bisa sampai ke sebuah gerbang yang
besar
sekali sehingga ujungnya tak tampak. Saya tidak tahu pintu itu terbuat dari
apa. Pintu gerbang itu tinggi sekali dan menyeramkan. Saya mendongakkan
kepala untuk membaca sebuah papan nama. Kalau Tuhan tidak membantu saya,
mungkin saya tidak akan pernah bisa membacanya. Tulisan itu tidak
menyerupai
tulisan dalam bahasa apapun di bumi, bunyinya : Valley of Torture, Lembah
Penyiksaan. Saya baru menyadari dimana saya berada saat itu. Ternyata saya
berada di neraka! Masih dalam keadaan shock, saya mendengar suara Tuhan di
sebelah saya berkata, "Buka pintu itu!" Saya menghela nafas panjang.
Bagaimana mungkin?

Akhirnya saya menaati perintah-Nya dan dengan urapan kuasa Tuhan saya
menyorongkan tangan saya ke pintu gerbang itu. Cuma dengan menyentuhnya
pintu gerbang besar itu terbuka dan berbunyi kkkkkkrriiiieeekkkkkkkkk.
Deritnya memekakkan telinga.Masuk ke dalam kegelapan di balik pintu gerbang
besar itu, saya mencium bau busuk yang menyengat hidung. Hawa panas
menyerbu
saya, disusul bau daging terbakar yang membuat saya mual dan ingin muntah.



Mendadak kepala saya pusing karena mengetahui bau daging apa yang sedang
terbakar disana, bau daging manusia terpanggang.Apa yang saya lihat di
balik
pintu itu sulit sekali saya lupakan. Bahkan setelah semuanya kembali
berjalan seperti biasa, ingatan akan tempat terkutuk itu sulit dihapus dari
benak saya. Di Lembah Penyiksaan itu saya melihat banyak orang-orang yang
mati di luar Tuhan Yesus ditempatkan.

Sayangnya saya hanya mampu menceritakan sebagian kecil dari semua yang saya
lihat di sana.Saya tahu ada banyak sekali manusia yang tak terhitung
jumlahnya di sana. Karena saya mendengar suara jeritan mereka memenuhi
udara, berbarengan dengan kertakan gigi. Jeritan mereka itu memekakkan
telinga, sehingga rasa ngeri membungkus sekujur tubuh saya. Teriakan
kesakitan mereka itu seolah-olah menghilangkan kekuatan saya untuk tetap
melihat semuanya sampai selesai.Jika urapan-Nya tidak melindungi saya, saya
takkan bisa bertahan di sana. "Lord, get me out of here, please.
. ." pinta saya kepada Tuhan. Namun Tuhan tidak menanggapi saya.Belum habis
rasa panik saya, tiba-tiba saya melihat kengerian yang lain. Tak jauh dari
tempat saya berdiri, saya melihat seorang wanita yang dikerumuni roh-roh
jahat.

Mereka berbentuk aneh. Roh-roh jahat itu berjalan-jalan mengelilingi wanita
itu, sambil memegang senjata tajam yang tak pernah saya lihat di bumi.Saya
melihat wajah wanita itu diliputi ketakutan yang sangat. Saya tahu bahwa ia
belum lama mati karena posisinya saat itu sangat dekat dengan gerbang maut
di mana saya berada. Saya tidak tahu apa yang membuat ia mati. Yang saya
tahu, ia masih muda dan wajahnya cantik. Ketakutan di wajahnya sangat jelas
ketika ia memohon belas kasihan mereka. Sayangnya, roh-roh jahat di
sekelilingnya tidak menggubris permintaannya. Malahan mereka tertawa-tawa
senang melihat ketakutan wanita itu. Mereka mengikat kedua tangan wanita
itu
ke sebuah balok kayu dan terus mengancam dan mengintimidasinya.Ayo,
berdusta! Ayo, berdusta!" Semakin ia berteriak ketakutan, semakin keras
iblis-iblis itu menyuruhnya berdusta. Ternyata selama hidup di bumi wanita
itu sering mendustai suaminya. Ia tidak setia kepada janji dan ikatan
pernikahannya. Wanita itu berselingkuh dengan pria lain. Wanita itu tampak
pasrah terhadap perintah mereka."Ya, ya, aku akan berdusta! Aku akan
berdusta!"Saya kira wanita itu akan dibebaskan karena telah memenuhi
permintaan mereka. Ternyata dugaan saya keliru. Salah satu roh jahat itu
menyodok wajah perempuan itu dengan senjata yang bentuknya aneh, kemudian
menggaruk wajahnya dengan senjata yang sama dengan kasar dan cepat. Kulit
wajah wanita itu terkelupas bersamaan dengan teriakan dan jeritan kesakitan
wanita malang itu.

Darah segar menyembur dari luka di wajahnya, dari luka yang menganga.
Teriakan kesakitan terdengar sangat menyayat hati. Wajahnya tampak
mengerikan akibat tindakan brutal dari iblis ini. Di saat yang bersamaan
saya melihat roh jahat yang lain muncul dari balik kerumunan, menarik lidah
wanita ini hingga putus.

Jeritan kesakitan melolong-lolong keluar dari mulut tanpa lidah ini.Saya
terpana. Saya kehabisan kata-kata. Jantung saya seperti berhenti
sepersekian
detik karena sangat kaget.

Saya tak menduga sama sekali bahwa wanita tersebut akan diperlakukan
sesadistis itu. Saya tidak tahan lagi! Saya berteriak dengan marah. Saya
bermaksud ingin menolongnya. Tetapi teriakan saya tenggelam dalam kegelapan
dan kengerian. Karena dikuasai rasa takut, suara saya terdengar bagai
rintihan. Tetapi mereka tidak dapat mendengar saya.Belum pulih dari shock
saya, tiba-tiba saya melihat lidahnya kembali ada. Seolah-olah tidak
terjadi
apapun. Cuma darah yang tersisa di wajahnya menandakan adanya perlakuan
sadistis atas wanita itu. Iblis yang sama kembali mengulangi kejadian tadi
dengan senjatanya. Kembali wanita itu menjerit-jerit kesakitan. Begitu
terus
berulang-ulang sehingga kengerian menguasai saya sepenuhnya. Pada akhirnya
saya tahu bahwa kekekalan di sana berlaku atas tubuh, perasaan dan pikiran
manusia. Sekalipun semuanya terjadi di alam supranatural, tetapi jeritan,
ekspresi ketakutan, bentuk penyiksaan, kertakan gigi, suara tawa iblis di
neraka begitu nyata. Neraka itu lebih nyata dan lebih kekal daripada apa
yang ada di bumi ini."Ayo, kita bawa wanita ini ke depan, ke lautan api
itu!" Seketika itu juga saya diberi hikmat Tuhan tentang perbedaan antara
maut, kerajaan maut, dan lautan api.

Orang yang mati dalam dosanya akan mengalami maut, karena upah dosa ialah
maut. Mereka terpisah selama-lamanya dari hadirat Allah. Di sanalah
setan-setan mendirikan kerajaan maut. Mereka menyiksa manusia-manusia yang
berada di kerajaan maut. Lautan api adalah hukuman terakhir bagi iblis dan
para pengikutnya."Tiiiddddaaaakkkkkkkk! Aku tak mau ke sana. Tidak
mauuuuu!"
Wanita tersebut memohon belas kasihan iblis-iblis itu.

Dengan tangan terikat ke belakang, wajah yang hancur dan bersimbah darah,
lidah yang putus, ia berlutut menangis memohon belas kasihan para
penyiksanya. Sungguh, itu merupakan pemandangan yang sangat sangat sangat
menyedihkan, membuat iba, dan sekaligus mengerikan.

Bukan iba, bukan belas kasihan, para roh jahat itu malahan bersorak-sorak
kegirangan melihat korban di depannya tak berdaya, penuh kemalangan."Aku
tidak mau ke sana. Tidak mau. Siksa aku saja di sini. Siksa aku saja semau
kalian, jangan bawa aku ke sana!" Wanita itu sudah demikian tersiksa,
sedemikian menderita, sedemikian kesakitan, masih memilih disiksa di situ
saja, dibandingkan dibawa ke lautan api. Saya bisa memahami ketakutannya.

Lautan api itu bukan dongeng. Tempat itu nyata. Tempat itu ada di depan
matanya. Benar kata Alkitab, "Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam penghukuman
Allah yang hidup!"Tak jauh dari tempat wanita itu disiksa, saya melihat
seorang pria yang tinggal kerangka, karena dagingnya telah meleleh,
digotong
kembali ke dekat pintu gerbang. Sebelumnya ia ditempatkan di dekat lautan
api. Saya yakin ia telah lama mati. Ia dibawa ke dekat pintu gerbang itu
entah untuk ke berapa kalinya, hanya untuk mempermainkan perasaannya.
Sementara itu roh-roh jahat yang mengerumuninya berteriak-teriak memberi
semangat, "Ayo, onani! Ayo, masturbasi!"Rupanya, semasa ia hidup ia sering
melakukan masturbasi. Ketika saya mendengar roh-roh jahat itu
berteriak-teriak, saya dikagetkan dengan munculnya ribuan ulat yang
menjalar
keluar dari lubang kemaluannya yang sebenarnya tinggal daging meleleh.
Ulat-ulat itu keluar juga dari lubang mata,hidung, dan telinganya.
Ulat-ulat
itu menjilati dagingnya yang meleleh. Saya tidak pernah menjumpai ulat-ulat
seperti itu di bumi. Pria itu sangat kesakitan digerogoti dagingnya oleh
ulat-ulat ganas itu.Tak jauh dari tempat saya berdiri, saya melihat seorang
pria muda yang sepertinya baru meninggal. Saya tahu kalau ia belum lama
meninggal, karena orang-orang yang sudah lama meninggal akan berada di
tempat yang sangat jauh dari tempat saya berdiri di dekat gerbang maut itu.
Tak berapa lama kemudian beberapa roh jahat datang membawa seorang pria
yang
lebih tua usianya. Dugaan saya, semasa mereka hidup, mereka adalah ayah dan
anak. Roh-roh jahat itu memaksa kedua orang itu ke tengah lingkaran. Mereka
memaksa pria yang lebih muda untuk makan bagian belakang dari kepala pria
yang lebih tua. Memakan otak!

Mengerikan sekali. Sebelumnya para iblis itu merobek belakang tempurung
kepala pria yang lebih tua dengan tangan mereka. Terdengar jerit kesakitan
dari pria tua itu. Dan anak muda itu tak punya pilihan lain selain memakan
otak dan bagian belakang pria yang adalah ayahnya.Melihat kejadian yang
menjijikkan dan gila itu saya berteriak histeris. Saya marah sekali melihat
kejadian itu. Seumur hidup saya tidak pernah melihat dengan mata kepala
sendiri perbuatan kanibalisme seperti itu. Sontak saya menjadi pusing dan
tubuh saya gemetar. Sekujur tubuh saya jadi lemas karena ngeri. Kalau bukan
karena tangan-Nya yang memberi kekuatan, saya tidak akan kuat
berdiri."Tuhhhaaaaaannnnn! Jangan diam saja! Lakukan sesuatu!" kata saya
iba. Tuhan tidak menjawab. Saya merasa putus asa karena saya tak dapat
menghalangi perbuatan iblis-iblis itu. "Lord, do something, please. Tuhan,
Engkau ' kan penuh kuasa. Lakukan sesuatu." Tuhan tetap diam. Saya tidak
dapat berbuat apa-apa lagi, selain menaati-Nya. Saya memaksakan diri untuk
melihat kembali potongan adegan yang sangat sangat mengerikan itu. Anak
muda
itu masih sedang memakan bagian belakang tempurung kepala ayahnya yang
sangat-sangat kesakitan."Cukup, Tuhan! Hentikan! Saya tidak tahan!""Tidak!
Engkau harus tetap di sini!

Tetaplah di dekat-Ku dan jangan bergerak," kata-Nya dengan lembut. "Jangan
membenci,"sambung-Nya. Seketika itu juga saya mengerti bahwa mereka berdua,
ayah dan
anak itu, saling membenci ketika mereka masih ada di dunia. Mereka tidak
mau
saling memaafkan sampai kematian menjemput mereka.Ketika saya menoleh
kembali ke arah ayah dan anak itu, terdengar suara satu roh jahat,
"Sekarang
tiba giliranmu!" Pria yang lebih tua dengan kesakitan yang sangat karena
bagian kepalanya tinggal seperempat, menuruti kata-kata iblis itu. Ia
sekarang berbalik memakan kepala anaknya sendiri.

Wajah anak muda itu tampak tegang menanti giliran disiksa. Ia berdiri
mematung dengan ekspresi wajah yang penuh kengerian. Ia menjerit-jerit
kesakitan ketika ayahnya sendiri memakan bagian belakang kepalanya. Ya,
Tuhan!"Tuhan, cukup!" Saya tidak tahan lagi melihat semua kengerian itu.
Saya menutup mata, tapi pemandangan itu tak dapat pergi.Seketika itu juga
saya merasakan Tuhan menarik roh saya, sehingga bisa kembali ke tubuh saya.
Saya terbangun dengan nafas terengah-engah."Celakalah aku jika aku tidak
memberitakan Injil!" seru saya setelah pengalaman dibawa Tuhan ke neraka
yang sangat sangat sangat mengerikan itu.Berbulan-bulan setelah itu, trauma
saya melihat neraka tidak segera pulih. Ingatan tentang neraka itu tidak
dapat saya lupakan sama sekali. Ditambah lagi, sekujur tubuh saya pada
sakit. Tulang-tulang saya terasa nyeri, sehingga untuk menggerakkan badan
saja terasa sulit. Sekalipun berusaha melupakan perjalanan ke lembah
penyiksaan itu, namun saya tak dapat tidur tanpa memikirkannya.Saya tahu,
Tuhan membawa saya ke sana untuk membongkar rahasia pekerjaan iblis yang
tak
disadari banyak orang. Saya yakin "emergency call" ini datangnya dari
Allah,
bukan peringatan dari manusia. Tuhan mengembalikan roh saya ke tubuh saya
dalam keadaan hidup, karena hanya orang hidup yang dapat berbicara kepada
manusia yang hidup. Orang mati, sekalipun telah melihat dan mengalami
neraka, tidak dapat berbicara kepada orang hidup.


Keseluruhan pesan ini bukan terletak dan berfokus pada nerakanya. Yang jauh
lebih penting, pesan ini mengenai Tuhan Yesus, mengenai keselamatan di
dalam
Tuhan Yesus. Karena hanya Tuhan Yesus saja yang sanggup menyelamatkan
manusia dari penghukuman kekal di neraka. Kisah Para Rasul 4:12 mengatakan,
"Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Yesus
Kristus, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang
diberikan
kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." Kisah kesaksian
Philip
Mantofa ini diambil dari buku "A Trip To Hell" ditulis oleh Philip Mantofa
bersama Sianne Ribkah.



Have a blessed day